Selamat Datang di Blog GIPSI Generasi Pendengar Setia Wadi 102.0 FM Radionya Keluarga Muslim

Senin, 30 Juni 2008

Dibawah ini adalah tulisan yang pernah dikirim melalui email wadi, beberapa bulan lalu, mudah-mudahan siapapun yang baca ini dikolom gipsi jadi suatu inspirasi tentunya untuk akhir hayat kita yang berbuah khusnul khotimah....gmn saudaraku....

Assalamualaikum saudaraku ikhwah fillah…


Semoga Allah swt senantiasa menuntun kita semua dan membimbing kita hingga pada saat pertemuan itu tiba.. pertemuan yang dinantikan…

Semoga kita termasuk orang yang optimis akhir kita baik..walaupun saat ini masih terlalu jauh untuk menjadi insan yang lebih baik….

Jalan ini masih saja seperti ini,…

Impian dan harapan itu jalan yang mengantarkan kita pada kehidupan sesungguhnya.

Tentunya harapan itu dan impian itu, untuk akhir yang berbuah syurga…

Apa yang kita miliki saat ini,.. kedudukan, jabatan, popularitas, semua tidak akan menjadikan kita bahagia seutuhnya… bukan suatu kebanggaan jika semuanya malah membuat orang lain terluka… jika kita jujur pada diri sendiri,.. yang kita harapkan adalah sebuah ketengan juga kedamaian….

Jika saja mengingat mati, semua yang kita miliki tak berarti. Mungkin seakan-akan kita dikejar oleh waktu giliran kita….

SEPENGGAL CERITA

Cukup terharu setelah membaca buku “Malam Pertama di Alam Kubur”

Sepenggal cerita yang ingin saya bagikan kepada saudara-saudaraku…

Setidaknya Agar membangun sebuah kesadaran, bahwa yang kita miliki bukanlah suatu kebanggaan yang akan menemani kita pada malam pertama di alam kubur, kecuali amal-amal kebaikan kita dimata Allah swt.

SKETSA AKHIR KEHIDUPAN ORANG SHALIH

Rosulullah Saw

Dalam kitab Shahihaini dan yang lainnya disebutkan, Nabi saw pulang dari menunaikan Haji wada, beliau jatuh sakit. Penyakit inilah yang menyebabkan beliau meninggal. Hari demi hari penyakitnya kian parah. Dilihat dari ucapan dan pandangan matanya, seolah beliau hendak meninggalkan dunia fana ini. Ketika demam yang beliau derita semakin hari semakin menjadi dan beliau yakin akan segera berpindah ke alam lain, ia ingin berpesan kepada orang-orang.

Beliau membalut kepalanya, lalu meny uruh fadhl bin Abbas ra untuk mengumpulkan manusia di mesjid. Ketika orang-orang telah berkumpul, beliau dipapah oleh Fadhl menaiki mimbar. Setelah memuji Allah swt, beliau bersabda,

“Amma ba’du. “Masa pergantian itu telah dekat, dan kalian tidak akan melihatku kembali di tempat ini. Maka siapa saja yang aku telah menjilid punggungnya, inilah punggungku, hendaklah ia membalasny. Barangsiapa yang aku ambil hartanya, inilah hartaku dan ambillah. Barangsiapa aku cela kehormatannya, amka hendaklah ia membalasnya. Jangan sampai salah seorang dari kalian khawatir aku akan dengki padanya. Kedengkian bukanlah karakter dan sifatku. Yang paling aku sukai dari kalian adalah yang berani mengambil kembali haknya yang mungkin telah aku rampas, atau memaafkan aku. Sehingga aku kelak menghadap Allah dalam keadaan tidak mendzalimi seorang pun”.

Kemudian Rosulullah saw pulang kerumah. Kini, demam yang beliau derita telah menggerogoti tubuh. Dengan susah payah beliau berusaha keluar ke mesjid untuk shalat bersama sahabatnya. Hingga waktu itu beliau shalat Maghrib bersama mereka pada hari jum’at, dan beliau masuk rumahnya. Demamnya terus saja meninggi. Para sahabat menyediakan kasur tempat beliau berbaring. Sementara demam beliau terus meninggi.

Orang-orang telah berkumpul untuk menunaikan shalat isya’. Mereka mneunggu rasulullah saw keluar untuk mengimami mereka. Padahal penyakit Rasulullah saw tela demikian kronis. Beliau berusaha bangkit, namun tidak mampu. Akhirnya dengan sangat pelan Rasulullah saw mencoba kembali untul bangkit. Sebagian orang berseru, “ Shalat…shalat”.

Rasulullah saw menatap orang-orang di sebelahnya dan berkata, “Apakah orang-orang sudah shalat?” “Belum. Mereka menunggumu, wahai Rasululah, “ jawab mereka. Waktu itu panas badan beliau membuatnya tidak mampu bangkit. Beliau berkata, “tuangkan air dalam bejana.” Mereka pun memenuhi permintaan beliau dengan menuangkan air dingin dan menaruhnya dekat beliau untuk mengkompres seluruh badannya. Akhirnya suhu badan beliau turun. Ketika beliau merasa sedikit agak segar, beliau meminta bejana tadi disingkirkan dari tubuhnya.

Ketika mencoba bangkit dengan kedua tangannya, beliau jatuh pingsan. Begitu siuman, pertama kali yang beliau tanyakan adalah “ Apakah oarang-orang sudah shalat?” mereka menjawab, “belum, wahai Rasulullah mereka menunggumu”. “ Tuangkan air dalam bejana agar aku bisa membasuh, “pinta beliau. Mereka memenuhi permintaan tersebut.

Ketka Rasulullah saw merasa sedikit enak, beliau hendak berdiri, namun jatuh pingsan lagi beberapa saat. Ketika siuman, pertama kali yang beliau tanyakan adala, “Apakah orang-orang sudah shalat?”. Mereka menjawab, “belum. Mereka menunggumu, wahai rasulullah”. “Tuangkan air kedalam bejana”. Pinta beliau. Para shabatsegera memenuhi permitaan beliau. Lalu dengan air yang dingin itu beliau diguyur. Beliau mengisyaratkan dengan tangan (pertanda cukup).

Kembali beliau mencoba untuk bangkit, namun juga kembali pingsan. Keluarga yang menyaksikan kondisi beliau terharu. Air mata mereka meleleh.

Sementara orang-orang tetap menunggu beliau didalam mesjid. Ketika siuman, beliau kembali bertanya, “Apakah orang-orang sudah shalat?”.”belum. mereka menunggumu, wahai Rasulullah,” jawab mereka.

Jasad itulah yang telah merasakan manisnya ibadah sekaligus kerasnya kehidupan beliau. Jasad yang terdiri dari dua kaki, beliau bengkak kakinya karena menahan berat badan dalam shalat malam yang begitu panjang. Yang terdiri dari dua mata yang sembab karena menangis takut kepda Allah swt. Jasad yang telah merasakan beratnya perjuangan di jalan Allah swt. Telah berlapar-lapar dan berperang.

Ketika merasa tak mungkin bangkit lag, lalu beliau menoreh ke arah sahabatnya sambil berkat, “ suruh Abu Bakar untuk mengimami mereka”. Abu Bakar pun menjadi imam. Tangis kesedihan Abu Bakar ra sebagai imam membuat para makmum tidak mampu mendengar lantunan ayat-ayat al-Quran dengan jelas. Usailah shalat isya’ dan Abu Bakar ra seterusnya menjadi imam.

Aisyah ra bertutur, “Aku menyaksikan Rasulullah hendak wafat. Ketika itu di dekatnya ada mangkuk berisi air. Lalu ia mencelupkan tangannya ke mangkuk lalu mengusap wajahnya sambil berkata “ la ilaha illallah, sesungguhnya dalam kematian itu ada fase yang menyakitkan”.

Fatimah mengis dan bertanya, “ begitu sakitkah ayah?”. Beliau menoleh kepada putrinya tersebut dan menjawab, “Tidak ada lagi rasa sakit yan diderita bapakmu setelah ini”. Fatimah mengusap wajah ayahnya dan mendoakan kesembuhan. Tetapi beliau berkata, “Tidak. Aku malah mengharapkan segera bertemu dengan Allah swt, bersama Jibril, Mikail, dan Israfil…..

Wallahualam…

Itu sepenggal cerita yang dikutif dari Buku “MALAM PERTAMA DI ALAM KUBUR” penulis Dr.A’idh Al-Qarni, MA, Dr. Muhammad Abdurahman Al-Uraifi, Syaikh Muhammad Husain Ya’qub.

Mudah-mudahan tulisan diatas menjadi manfaat…

From_Dewitry

Tidak ada komentar: